Seri Dunia Mistik: Ruqyah Syar’iyyah

Gambar. Ruqyah Syar'iyyah - www.hudacendekia.or.id

Bagikan :

RUQYAH SYAR’IYYAH

  1. Ruqyah syar’iyyah adalah sebuah terapi Islami dengan cara membacakan ayat-ayat suci al-Qur’an dan do’a-do’a yang bersumber dari Nabi Sholallohu ‘alaihiwassalam yang dilakukan seorang Muslim, baik dengan tujuan penjagaan diri sendiri atau untuk orang lain dari pengaruh jahat, pandangan mata kedengkian (‘ain) dari manusia dan jin, kerasukan, pengaruh sihir, guna-guna, pengasihan, santet, teluh, gangguan kejiwaan, berbagai penyakit fisik dan lain sebagainya.
  2. Nabi Sholallohu ‘alaihi Wassalam membolehkan ruqyah kepada umatnya selama tidak mengandung unsur kesyirikan. Dahulu kami meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami bertanya: “Wahai Rosululloh, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?” Beliau menjawab: “Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung kesyirikan.” (HR. Muslim)
  3. Nabi Sholallohu ‘alaihi Wassalam meruqyah para sahabatnya yang sedang sakit sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis yang shohih. Aisyah berkata: “Dahulu bila salah seorang dari kami mengeluhkan rasa sakit maka beliau Sholallohu ‘alaihiwassalam mengusapnya dengan tangan kanan beliau dan membaca:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَفَمًا

“Ya Alloh, Robb sekalian manusia, hilangkanlah petakanya dan sembuhkanlah dia, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada penyembuh kecuali penyembuhan-Mu, sebuah penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Dari Abu al-‘Ash ats-Tsaqofi rodiyallohu’anhu bahwa beliau mengeluhkan sakit yang dirasakannya di tubuhnya semenjak masuk Islam kepada Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wassalam.  Beliau Sholallohu ‘alaihiwassalam bersabda kepadanya:

Baca Artikel Lainnya!

 ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ فِيْ جَسَدِكَ وَقُلْ: بِسْمِ اللهِ ثَلاَثًا، وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ : أَعُوْذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“Letakkanlah tanganmu pada tempat yang sakit dari tubuhmu dan ucapkanlah, ‘Bismillah (Dengan nama Alloh)’ sebanyak tiga kali. Lalu ucapkanlah:

أَعُوْذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“Aku berlindung kepada Alloh dan kekuasaan-Nya dari keburukan sesuatu yang kurasakan dan kuhindarkan,’ sebanyak tujuh kali.” (HR. Muslim)

  1. Tatacara ruqyah syar’iyyah:
  • Meyakini bahwa yang menyembuhkan penyakit adalah Alloh Ta’ala semata.
  • Dianjurkan berwudhu sebelum meruqyah.
  • Mempersiapkan tempat meruqyah dengan membuang lukisan-lukisan, menghancurkan jimat-jimat, patung-patung, rajah-rajah, keris dan lain-lain.
  • Membersihkan dari lagu dan alat musik.
  • Membersihkan dari pelanggaran syariat: seperti laki-laki yang memakai emas dan sutera, wanita yang tidak menutup aurat, dan lain sebagainya.
  • Meletakkan tangan pada tubuh yang sakit seraya membaca bacaan ruqyah berikut ini:
    • Membaca Surat Al-fatihah ayat 1-7.
    • Membaca Surat Al-Baqoroh ayat 1-5.
    • Membaca Surat Al-Baqoroh 255.
    • Membaca Surat Al-Baqoroh 285-286.
    • Membaca Surat Al-Ikhlas, An-Naas dan Al-Falaq.
    • Membaca sebanyak 7 kali;

أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

Aku memohon kepada Alloh Yang Maha Agung, Robb Arsy yang agung agar Dia menyembuhkanmu.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

  • Membaca

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبِأْسَ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

“Ya Alloh, Rabb sekalian manusia, hilangkanlah petakanya dan sembuhkanlah dia, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada penyembuh kecuali penyembuhan-Mu, sebuah penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit. (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Membaca

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Alloh yang sempurna dari segala setan, binatang berbisa, dan dari segala mata yang penuh kedengkian menimpakan keburukan (penyakit).” (HR. Bukhari)

  • Membaca

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Alloh yang sempurna dari murka dan siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari bisikan setan, dan dari kehadiran setan.” (HR. Tirmidzi)

CATATAN:

  1. Bolehnya meruqyah dengan al-Qur’an tak terbatas pada surat al-Fatihah, al-Falaq, an-Naas, dan al-Ikhlas. Karena al-Qur’an secara keseluruhan merupakan obat bagi segala penyakit. Oleh karena itu, boleh meruqyah dengan ayat atau surat mana saja dari al-Qur’an. Ibnu Bathal rohimahulloh berkata: “Bila diperbolehkan meruqyah dengan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas) yang keduanya merupakan dua surat dari al-Qur’an, berarti meruqyah dengan yang selebihnya dari al-Qur’an juga diperbolehkan. Karena seluruhnya adalah Al-Qur’an.”
  2. Boleh meruqyah dengan apa yang mudah dibaca bagi seseorang dari poin a hingga i tanpa membaca secara keseluruhan.
  3. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun. Disebutkan dalam hadits Malik bin Robiah Rodiyallohu’anhu bahwa Rosululloh Sholallohu’alaihi Wassalam bersabda:

كُلُوْا الزَيْتَ وَ ادَّهِنُوا بِهِ فَإنَهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ

“Konsumsilah minyak zaitun, dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal dari tumbuhan yang penuh berkah.”(HR. at-Tirmidzi dan Ahmad) 

  1. Bolehnya meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah. Caranya, dengan tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. Aisyah Rodiyallohu’anhu pernah ditanya tentang tiupan Nabi Sholallohu’alaihi Wassalam dalam meruqyah. Ia menjawab: “Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air ludahnya (yang keluar).”(HR Muslim)

Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits Khorijah bin Shalt, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan al-Fatihah padanya selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dia seolah-olah lepas dari sebuah ikatan.”(HR. Abu Dawud)

  1. Ketika seseorang yang meruqyah, tentu tidak perlu membaca terjemahannya.
  2. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang berupa ayat al-Qur’an maupun doa-doa dari Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam.

Dukung Program Huda Cendekia, Sedekah Santri Penghafal Qur’an

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Assalamualaikum,..

Sahabat shalih/shaliha bantu para santri untuk bisa menghafal al-Qur’an yuk, dengan bersedekah di program

Beasiswa untuk Santri Penghafal Al-Qur'an