Seri Dunia Mistik: Ruwatan

Gambar. Seri Dunia Mistik: Ruwatan - www.hudacendekia.or.id

Bagikan :

Seri Dunia Mistik: Ruwatan

  1. Ruwatan adalah suatu ritual khusus untuk menjaga keselamatan seseorang dari bahaya jin yang sering disebut Bethara Kala. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, ada orang-orang tertentu yang memiliki tanda-tanda kesialan di antaranya: anak tunggal laki-laki, anak tunggal perempuan, dua bersaudara laki-laki dan perempuan, dua bersaudara laki-laki, dua bersaudara perempuan, lima bersaudara laki-laki (pendawa), lima bersaudara perempuan (ngayomi), dan anak yang lahir pada saat matahari terbenam (julung wangi) atau ketika matahari tepat di atas kepala (pangayam ayam). Dipercaya bahwa orang-orang tersebut jika tidak diruwat, maka suatu saat akan tertimpa sial. Semua bentuk kesialan yang menimpa mereka itu disebabkan oleh sosok Bethara Kala. Bethara Kala adalah butha (jin) yang suka memangsa orang-orang yang mempunyai ciri-ciri khusus seperti tersebut di atas, yang sering dianggap sebagai perlambang sial. Kadang-kadang ritual tersebut dimaksudkan untuk menjaga keselamatan desa sehingga disebut dengan ruwatan desa atau bersih desa.
  2. Ritual ini dimulai dengan sungkeman (salaman dengan mencium tangan) lalu dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit dengan judul cerita Murwakala. Setelah selesai pagelaran dilanjutkan dengan ritual potong rambut. Dalam ritual ini seluruh peserta satu-persatu dimandikan dengan air kembang. Selanjutnya acara puncak yaitu larungan (mengantarkan dan menghanyutkan persembahan ke tengah sungai atau laut).
  3. Islam mengajarkan bahwa hanya Alloh yang mampu mendatangkan kebaikan dan menolak kesialan. Hanya Dia yang punya kuasa menurunkan kebaikan dan menimpakan keburukan kepada hamba-Nya, dan juga menghindarkannya. Apabila ia menghendaki itu menimpa kepada hamba-Nya maka tidak ada yang bisa mengelakkannya. Konsekuensinya, tidak boleh memberikan ibadah kepada selain-Nya dan tidak boleh pula berdoa (memohon kebaikan atau dihindarkan dari keburukan) kecuali hanya kepada-Nya. Alloh Ta’ala berfirman,

وَلَا تَدۡعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَۖ فَإِن فَعَلۡتَ فَإِنَّكَ إِذٗا مِّنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٠٦

Baca Artikel Lainnya!

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Alloh; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang lalim”.” (QS. Yunus [10]: 106)

Alloh Taala juga berfirman, “Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Alloh, jika Alloh hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Alloh hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: “Cukuplah Alloh bagiku”. Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri.” (QS. az-Zumar [39]: 38)

  1. Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi Wassalam memberitakan kepada kita bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Alloh baik berupa kebaikan ataupun keburukan, niscaya pasti akan terjadi dan tidak ada sesorangpun yang berkuasa menolaknya. Nabi Sholallohu ‘alaihi Wassalam bersabda,

وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ

“Patut engkau tahu bahwa apa yang ditakdirkan akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa yang ditakdirkan luput darimu tidak akan menimpamu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dengan sanad shohih)

  1. Acara ruwatan termasuk bentuk kesyirikan. Dosa syirik termasuk dosa yang paling besar di antara dosa-dosa besar. Dosa syirik termasuk dosa yang membinasakan bagi pelakunya.

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Jauihilah tujuh perkara yang membinasakan.” Para sahabat bertanya, “Apakah ketujuh perkara itu, wahai Rosululloh?” Beliau menjawab, “Syirik kepada Alloh, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Alloh kecuali dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan perang, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa lagi tidak terbesit keinginan zina dalam hatinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Sisi kesyirikan ruwatan adalah orang-orang yang mengadakan acara ruwatan berkeyakinan bahwa jin mampu menghilangkan mara bahaya dan kesialan, padahal aqidah Islam menyatakan bahwa hanya Alloh sematalah yang mampu menghilangkan mara bahaya dan kesialan. Alloh Ta’ala berfirman: “Jika Alloh menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. al-An’am [6]: 17)
  2. Sisi kesyirikan lain dari ruwatan adalah memohon dan meminta kepada jin, padahal aqidah Islam menyatakan bahwa meminta kepada selain Alloh dalam perkara yang merupakan kekhususan bagi Alloh adalah kesyirikan. Alloh Ta’ala berfirman, “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. al-Jin [72]: 6).

Islam memerintahkan kepada umatnya agar meminta pertolongan hanya kepada Alloh Ta’ala semata. Alloh Ta’ala berfirman, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami (ber-isti’anah) memohon pertolongan” (QS. Al Fatihah [1]: 5)

Alloh Ta’ala berfirman, “(Ingatlah), ketika kamu beristightsah (memohon pertolongan) kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS. Al-Anfal [8]: 9)

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Wahai anak (kecil), saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Alloh, niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Alloh niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Alloh, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah, sesungguhnya jika suatu umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Alloh tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Alloh tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi)

  1. Para pegiat acara ruwatan berpendapat bahwa ruwatan diperbolehkan dengan alasan bahwa ruwatan merupakan budaya nenek moyang yang harus dilestarikan. Alasan seperti ini sebagaimana orang-orang musyrik pada zaman dahulu ketika mereka dilarang menyembah berhala maka mereka merngatakan bahwa perbuatan itu adalah budaya nenek moyang. Alloh Ta’ala berfirman, “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Alloh,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. al-Baqarah [2]: 170)

Alloh Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (QS. az-Zukhruf [43]: 22).

  1. Islam memerintahkan kepada umatnya untuk masuk Islam secara totalitas. Alloh Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. al-Baqarah [2]: 208)

Dukung Program Huda Cendekia, Sedekah Santri Penghafal Qur’an

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori
WhatsApp chat

Assalamualaikum,..

Sahabat shalih/shaliha bantu para santri untuk bisa menghafal al-Qur’an yuk, dengan bersedekah di program

Beasiswa untuk Santri Penghafal Al-Qur'an

× How can I help you?