Romantis Ala Nabi: Teladan Kehidupan Romantis

Bagikan :

Romantis Ala Nabi – Dalam budaya Islam, romantisme tidak hanya menjadi aspek penting dalam hubungan suami-istri, tetapi juga merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh teladan tentang bagaimana menjaga keharmonisan dalam perkawinan dan memperkuat ikatan cinta antara suami dan istri. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa aspek romantisme ala Nabi berdasarkan ajaran dan tindakannya yang bisa menjadi inspirasi bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan berumah tangga yang penuh kasih sayang dan kebahagiaan.

Sering Mencium Istri: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sering mencium istrinya, bahkan saat sedang berpuasa. Tindakan ini menggambarkan pentingnya mengekspresikan cinta dan kasih sayang kepada pasangan, bahkan dalam situasi apapun.

« إن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا قبل بعض نسائه مص لسانها »

Artinya, “Sungguh Nabi SAW ketika mencium salah satu istrinya, beliau mengecup lidahnya.” (HR Maqdisi dalam Dzakhiratul Huffazh [nomor 1568]).

Mandi Bersama Istri: Rasulullah dan istrinya, Aisyah, pernah mandi bersama. Hal ini menciptakan kedekatan emosional dan keintiman dalam hubungan suami-istri.

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, ia berkata sebagai berikut:

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ تَخْتَلِفُ أَيْدِينَا فِيهِ مِنْ الْجَنَابَةِ » رواه البخاري ومسلم  وزاد ابن حبان  « وتلتقي أيدينا  

Artinya, “Dahulu aku mandi junub bersama Rasulullah SAW dari satu bejana di mana tangan kami bergantian (mengambil air) di dalamnya.” (HR Bukhari [nomor 253] dan Muslim [nomor 484], Ibnu Hibban [nomor 1118] mencantumkan riwayat tambahan, “Sedangkan tangan kami saling bertemu (bersentuhan).”

Tidur Satu Selimut: Tidur bersama dalam satu selimut adalah tindakan yang menciptakan kehangatan dan kenyamanan dalam pernikahan. Rasulullah dan Aisyah sering tidur dalam satu selimut, menciptakan perasaan damai dan tenteram.

Sayyidah Aisyar RA meriwayatkan: