BURUK SANGKA

Bagikan :

Buruk SangkaPeringatan Menjauhinya

Buruk sangka termasuk akhlak tercela, hal yang akan menimbulkan kedengkian, merusak kecintaan, serta mendatangkan kesusahan dan kesedihan. Oleh karena itu Alloh memperingatkan kita dari buruk sangka sebagaimana tertera dalam firman Alloh Ta’ala,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ ١٢

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.” (QS. al-Hujurot [49]: 12)

Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wassalam memperingatkan umatnya agar menjauhi akhlak buruk ini sebagaimana beliau bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث

“Hati-hatilah kalian dari berperasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Beliau Sholallohu ‘alaihi Wassalam juga bersabda,

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Alloh yang bersaudara” (HR. Bukhori dan Muslim)

Tanda-tandanya

Pada umumnya tidaklah buruk sangka muncul kecuali dari orang yang berkepribadian hampa, tidaklah punya kesibukan, dan tidak ada kepedulian padanya, atau orang yang buruk perbuatannya, jiwanya tergoncang, dengan demikian dia melihat manusia dengan pandangan keragu-raguan sebagaimana perkataan Abu Thoyib al-Muntabi, “Jikalau buruk perbuatan seseorang, buruk pula persangkaannya. Dan membenarkan apa yang dia sangkakan dari keragu-raguan. Serta memusuhi orang yang cinta kepadanya dikarenakan permusuhannya.” (Diwan al-Muntabi dengan syarh al-‘Ukbary dalam juz 4/235)

Buruk sangka juga datangnya dari setan, ketika mendapati dalam sanubari manusia prasangka-prasangka yang buruk, dan kebimbangan-kebimbangan yang dusta, untuk merusak apa yang di antara dia dengan saudaranya. Maka alangkah pantasnya bagi seorang muslim untuk berlindung kepada Alloh dari godaan setan, berlalu dari jalannya, membaguskan prasangkanya kepada saudara-saudaranya yang muslim. Jikalau tidak demikian maka tidaklah dia akan memperoleh kelegaan dan tidak akan memperoleh kesenangan.

Beberapa gambaran prasangka buruk adalah sebagai berikut:

  1. Apabila seseorang mendengar kritikan sifatnya umum dikarenakan kebiasaanya selalu berprasangka, diapun memaksudkannya sebagai celaan.
  2. Apabila ada yang mengadakan walimah dari salah satu kerabatnya atau teman-temannya, ternyata yang mempunyai hajatan lupa tidak mengundangnya, maka diapun berburuk sangka kepadanya.
  3. Apabila seseorang menasehatinya dia mengira bahwa si pemberi nasehat itu punya maksud tertentu darinya, berlaku tinggi hati kepada dirinya, mencari-cari kesalahannya, maka diapun tidak menerima nasehat darinya yang adil dan terarah.  Maka diapun meneruskan segala perbuatan aibnya dan menjauhkan diri dari siapa saja yang menginginkan menasehatinya.
  4. Apabila ia melihat orang yang berjalan di sekelilingnya dia mengira bahwa dia sedang diawasi dan diintai.

Syaikh As Sa’di menjelaskan surat Al Hujurat ayat 12: “Alloh Ta’ala melarang sebagian besar prasangka terhadap sesama Mukmin, karena ‘sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa’. Yaitu prasangka yang tidak sesuai dengan fakta dan bukti-bukti” (Taisir Karimirrahman). Maknanya, jika suatu prasangka didasari bukti atau fakta, maka tidak termasuk ‘sebagian prasangka’ yang dilarang.

Prasangka yang Dibolehkan

Maka prasangka yang didasari oleh bukti-bukti, atau pertanda, atau sebab-sebab yang menguatkan tuduhan, itu dibolehkan. Semisal jika kita melihat seorang yang datang ke parkiran motor lalu membuka paksa kunci salah satu motor dengan terburu-buru, kita boleh berprasangka bahwa ia ingin mencuri. Atau kita melihat orang-orang berkumpul di pinggir jalan disertai botol-botol khamr dengan wajah kuyu dan mata sayu, kita boleh berprasangka bahwa mereka sedang mabuk-mabukan. Dan contoh semisalnya.

Para ulama membagi prasangka buruk atau suuzhan menjadi 4 macam:

  1. Suuzhan yang haram, yaitu suuzhan kepada Alloh dan suuzhan kepada sesama Mukmin tanpa bukti atau pertanda yang nyata.
  2. Suuzhan yang dibolehkan, yaitu suuzhan kepada sesama manusia yang memang dikenal penuh keraguan, sering melakukan maksiat. Juga termasuk suuzhan kepada orang kafir. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “Diharamkan suuzhan kepada sesama Muslim. Adapun kafir, maka tidak haram berprasangka buruk kepada mereka, karena mereka memang ahli keburukan. Adapun orang yang dikenal sering melakukan kefasikan dan maksiat, maka tidak mengapa kita berprasangka buruk kepadanya. Karena mereka memang gandrung dalam hal itu. Walaupun demikian, tidak selayaknya seorang Muslim itu mencari-cari dan menyelidiki keburukan orang lain. Karena sikap demikian kadang termasuk tajassus“.
  3. Suuzhan yang dianjurkan, yaitu suuzhan kepada musuh dalam suatu pertarungan. Abu Hatim Al Busti menyatakan: “Orang yang memiliki permusuhan dan pertarungan dengan seseorang dalam masalah agama atau masalah dunia, yang hal tersebut mengancam keselamatan jiwanya, karena makar dari musuhnya. Maka ketika itu dianjurkan berprasangka buruk terhadap tipu daya dan makar musuh. Karena jika tidak, ia akan dikejutkan dengan tipu daya musuhnya sehingga bisa binasa.”
  4. Suuzhan yang wajib, yaitu suuzhan yang dibutuhkan dalam rangka kemaslahatan syariat. Seperti suuzhan terhadap perawi hadits yang di-jarh. (diringkas dari Mausu’atul Akhlak Durar Saniyyah)

Nasihat Terkait Prasangka

Beberapa nasehat para ulama agar kita menjauhi buruk sangka adalah sebagai berikut;

  1. Amirul Mukminin Umar bin Khathab berkata, “Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik.”
  2. Bakar bin Abdulloh Al-Muzani yang biografinya bisa kita dapatkan dalam kitab Tahdzib At-Tahdzib berkata: “Hati-hatilah kalian terhadap perkataan yang sekalipun benar kalian tidak diberi pahala, namun apabila kalian salah kalian berdosa. Perkataan tersebut adalah berprasangka buruk terhadap saudaramu.”
  3. Abu Qilabah Abdullah bin Yazid Al-Jurmi berkata: “Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusaha keraslah mencarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri, “Saya kira saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan tersebut”.
  4. Sufyan bin Husain berkata, “Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind atau Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu. Wallohu’alam

www.hudacendekia.or.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori
WhatsApp chat

Assalamualaikum,..

Sahabat shalih/shaliha bantu para santri untuk bisa menghafal al-Qur’an yuk, dengan bersedekah di program

Beasiswa untuk Santri Penghafal Al-Qur'an

× How can I help you?