Sedekah adalah ibadah yang Agung dalam Islam, Perintah sedekah terdapat baik dalam Al-Quran maupun hadist dan banyak dicontohkan oleh generasi terbaik ummat ini. Rasulullohu Sholallohu’alaihi wa sallam sering sekali memotivasi para sahabat nya untuk menginfakan hartanya di jalan Alloh. Tidak hanya cukup dengan memotivasi para sahabat dan pengikutnya, Bahkan Rasululloh Sholallohu’alaihi wa sallam sendiri adalah Orang yang paling dermawan. Kedermawanan Rasululloh Sholallohu’alaihi wa sallam sudah seharusnya menjadi contoh terbaik bagi kita untuk dapat berbagi terhadap sesama.
Kisah Kedermawanan Rasululloh Sholallohu’alaihi wa sallam
Ibnu ‘Abbas meriwayatkan, Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat beliau di bulan Ramadhan ketika bertemu dengan Jibril. Beliau senantiasa bertemu dengan Jibril setiap malam di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan al-Quran kepada Naabi. Maka, sungguh Rasululloh lebih dermawan dalam memberikan kebaikan daripada angin yang bertiup.
Jabir meriwayatkan, Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam sama sekali tidak pernah diminta sesuatu lalu menjawabnya dengan tidak (tidak pernah menolak). (HR. Bukhari – Muslim)
Anas meriwayatkan, dalam urusan Islam Rasululloh Sholallohu’alaihi wa sallam tidak pernah diminta sesuatu kecuali beliau memberikannya. suatu ketika ada seroang lelaki datang kepadanya, lalu beliau memberinya kambing sejumlah yang berada di dua gunung. Lelaki itu lantas pulang kepada kaumnya seraya berseru, “Wahai kaumku, masuklah kalian semua ke dalam Islam. Sesungguhnya Muhammad memberi sebagaimana pemberian orang yang tidak takut miskin.” (HR. Muslim)
‘Aisyah meriwayatkan, para sahabat menyembelih seekor kambing. Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam lantas bertanya, “Apakah masih ada yang tersisa dari kambing itu?” ‘Aisyah menjawab, “Tidak ada yang tersisa selain bahunya. Rasululloh berkata, “Semuanya masih tersisa selain bahunya.” (HR. Tirmidzi) Artinya semuanya menjadi bagian kita di akhirat selain bahunya.
Ibn Jarir meriwayatkan dari Sahal, sesuatu ketika ada seorang perempuan datang kepada Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam dengan membawa burdah (sejenis selimut). Sahal mengatakan, pinggiran selimut itu disulam.”
Perempuan itu berkata, “Wahai Rasululloh, aku datang menghadap engkau untuk memberikan burdah ini kepada engkau.”
Rasululloh lalu mengambil burdah itu – Rasululloh sebenarnya membutuhkan burdah itu. Beliau lalu memakainya, tiba-tiba ada seorang sahabat beliau yang begitu melihat burdah itu lantas berkata, “Wahai Rasululloh, sungguh cantik sekali burdah ini. Apakah engkau akan menghadiahkannya kepadaku?”
Ketika Rasululloh sudah bangkit, para sahabatnya mencela lelaki itu dengan berkata, “Apa baiknya saat engkau melihat Rasululloh mengambil burdah itu karena butuh, lalu engkau meminta burdah itu kepada beliau. Padahal engkau tahu bahwa beliau sama sekali tidak pernah menolak permintaan seseorang kepadanya.”
Laki-laki itu menjawab, “Demi Alloh, tidak ada yang mendorongku untuk memintanya selain karena aku berhadap berkah burdah yang sudah dipakai Rasululloh. Semoga burdah itu menjadi kain kafanku kelak.”
Ibnu Mas’ud meriwayatkan, pada suatu hari Rasululloh menemui Bilal dan di sampingnya ada wadah. Rasululloh lalu berkata, “Apa ini, wahai Bilal?”
Bilal menjawab , “Aku mempersiapkan ini untuk tamu-tamu engkau.”
Rasululloh kemudian berkata, “Apakah engkau tidak takut terhadap asap di neraka Jahanam? Nafkahkanlah wahai Bilal, dan jangan engkau takut miskin dari (pemberian) Pemilik ‘Arsy. (HR. Bazzar)”
Adapun sabda Rasululloh yang berbunyi, Apakah engkau tidak takut terhadap asap di neraka Jahanam? Nafkahkanlah, wahai Bilal, dan jangan engkau takut miskin dari (pemberian) Pemilik ‘Arsy merupakan bagian dari keyakinan, percaya sepenuhnya kepada Alloh, berprasangka baik, tawakal, dan berusaha.
‘Abdullah bin ‘Abbas berkata, “Suatu hari, Abu Dzarr berkata kepadaku, ‘Wahai putra saudaraku! Suatu ketika, aku bersama Rasululloh Sholallohu’alaihi wa sallam dan aku memegang tangannya. Rasululloh lalu berkata kepadaku, ‘Wahai Abu Dzarr, aku tidak ingin mempunyai emas atau perak sebesar gunung Uhud lalu aku menginfakannya di jalan Alloh, kemudian saat aku meninggal aku masih menyisakannya satu qirath.”
Aku berkata, ‘Satu qirat?”
Rasululloh Sholallohu’alaihi wa sallam berkata, “Wahai Abu Dzarr, aku pergi kepada yang sedikit, sedangkan engkau pergi kepada yang banyak. Aku mengharapkan akhirat, sedangkan engkau mengharapkan satu qirath dunia.” Rasululloh menghulang-ulang kalimat itu kepadaku sebanyak tidak kali. (HR. Tabrani dan Bazzar)
Artikel Lain: Motivasi bersikap dermawanan dalam Al-Qur’an
Artikel dengan dulull “Beginilah Kedermawanan Rasululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam”Dikutip dari Buku Terjemah dengan Judul: “Dahsyatnya Terapi Sedekah”, Judul Asli: “At-Tadawi bish-Shadaqah”. Ditulis oleh Syaikh Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam.
Tinggalkan Balasan