Pelit atau Hemat – Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada pertanyaan apakah kita harus pelit atau hemat dalam mengelola keuangan kita. Dalam Islam, terdapat konsep yang mengatur tentang sifat pelit dan hemat. Namun, perlu dipahami dengan jelas bahwa pelit dan hemat adalah dua hal yang berbeda. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi batasan antara pelit dan hemat dalam Islam serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ اِتَّقُوا اَلظُّلْمَ، فَإِنَّ اَلظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا اَلشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, “Jauhilah berbuat zalim karena perbuatan zalim adalah kegelapan yang bertumpuk-tumpuk pada hari kiamat dan jauhilah asy-syuhh (sifat kikir disertai ketamakan) karena ia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Muslim no. 2578)
- Mengenal Sifat Pelit dalam Islam:
Sifat pelit dalam Islam merujuk pada sikap kikir dan enggan memberikan kebaikan kepada orang lain. Allah SWT dalam Al-Quran menyebutkan bahwa orang-orang pelit adalah saudara-saudara setan. Pelit dalam Islam bukan hanya tentang uang dan harta, tetapi juga meliputi waktu, ilmu, nasihat, dan berbagai bentuk kebaikan lainnya. Oleh karena itu, menjadi pelit dalam Islam dianggap sebagai sikap yang sangat tidak dianjurkan. Allah SWT Berfirman :
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sekali-sekali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka, sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di leher mereka pada hari kiamat.”( QS. Ali Imran: 180 )
- Membedakan Antara Pelit dan Hemat:
Sementara itu, hemat adalah sikap bijaksana dalam mengelola sumber daya yang kita miliki. Hemat dalam Islam mengajarkan kita untuk menghindari pemborosan dan penggunaan yang berlebihan. Hemat bisa mencakup pengeluaran, konsumsi, dan pemanfaatan sumber daya lainnya dengan proporsional dan efisien.
Perbedaan utama antara pelit dan hemat terletak pada niat dan tujuan di balik tindakan tersebut. Jika tujuan kita adalah untuk menahan diri dan menjaga kestabilan keuangan dengan alasan yang baik, itu adalah sikap hemat yang dianjurkan. Namun, jika sifat pelit muncul karena kekikiran dan ketamakan yang membatasi kita untuk memberikan manfaat kepada orang lain, maka itu adalah sifat yang harus dihindari.
- Implikasi dalam Kehidupan Sehari-hari:
Pemahaman tentang batasan antara pelit dan hemat memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita mempraktikkan sifat hemat dalam Islam, kita bisa:
- Mengelola keuangan dengan bijaksana, memenuhi kebutuhan dasar tanpa pemborosan yang tidak perlu.
- Menghindari kebiasaan boros dan konsumtif yang merugikan keuangan jangka panjang.
- Mengembangkan kepekaan sosial dengan memberikan sedekah dan bersedekah kepada mereka yang membutuhkan.
- Mendorong sikap saling berbagi dan meningkatkan kesejahteraan umat.
Namun, perlu diingat bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, dalam mempraktikkan sifat pelit atau hemat, kita harus menjaga keseimbangan dan memperhatikan konteks serta situasi yang ada.
Pelit atau hemat? Menjelajahi batasan sifat pelit dalam Islam mengajarkan kita untuk memahami perbedaan antara kedua sikap tersebut. Dalam Islam, sifat pelit sangat tidak dianjurkan, sementara sikap hemat merupakan prinsip bijaksana dalam mengelola sumber daya. Dalam kehidupan sehari-hari, praktik sifat hemat dalam Islam dapat membantu kita mengelola keuangan dengan bijaksana, memperkuat ikatan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan umat. Dengan pemahaman yang tepat, kita dapat menjaga keseimbangan antara pelit dan hemat, menghindari kekikiran, dan mengembangkan sikap dermawan yang dianjurkan dalam Islam.