Sbtu 28 Oktiber 2017, Pagi itu adalah pagi yang indah, sinar matahari masih seperti biasanya menyinari rerimbun pohon di kaki gunung salak. Namun tak pernah kami kira dipagi seindah itu ada seorang ibu yang tengah kalut diselimuti kesedihan tak mampu membayar biaya rumah sakit untuk perawatan suaminya.
Pagi itu Tim Marketing Online YHC mendapati permohonan bantuan dari seorang ibu rumah tangga yakni ibu Annisa terkait tunggakan dana BPJS. Ibu Annisa memohon bantuan dana sebesar Rp. 360.000,- untuk melunasi tunggakan BPJS, Ia mengaku sangat membutuhkan pelunasan tersebut untuk membiayai tagihan rumah sakit suaminya yang menderita Meningitis dan Stroke berat di rumah sakit Hermina Jati Negara Jakarta Timur.
Sabtu pagi setelah menerima permohonan tersebut Pukul 09.00 WIB, Tim lapangan YHC di ketuai oleh Ust. Junaedi bergegas mendatangi lokasi perawatan pak Arif di Rumah sakit Hermina – Jakarta Timur.
2 tahun 8 bulan sudah Bapak Arif Rahman menderita 2 penyakit ganas tersebut ungkap Ibu Annisa, hampir 3 tahun beliau tidak mampu menafkahi keluarganya, namun Alhamdulillah beliau dikarunia istri yang sabar bertahan dalam keadaannya sekarang.
Kini pak Arif masih terbaring lemah diatas kasur pasien di rumah sakit Hermina – Jakarta Timur, selang-selang tersambung ke tubuhnya menyalurkan sisa-sisa harapan yang semoga tak lama lagi Allah cabut kepedihan tersebut.
Begini keadaan bapak Arif Rahman sekarang.
“Alhamdulillah, Terimakasih banyak kepada para donatur yang telah membantu meringankan beban kami, semoga Allah memberikan kenikmatan yang berlipat ganda. Aamiin” Ungkap ibu Annisa kepada YHC setelah usai penyerahan bantuan berupa dana kesehatan sebesar Rp. 1.000.000,-.
Kini kegelisahan ibu Ani mulai teredam, kepanikannya mulai tertinggal, senyum sumringah mulai berkembang. Tak banyak memang bantuan yang kita bagi, namun setidaknya harapan ibu Annisa terangkai kembali, percaya masih ada saudara seiman yang kan peduli.
Berbagi, membagi kebahagian meringankan penderitaan, menciptakan senyuman meredam kegelisahan. Semoga apa yang kita perjuangkan untuk kebahagiaan terlaksana dan Allah mudahkan, apalah daya kita selain usaha dan tetap teguh dalam menciptakan kebahagian, hanya berharap kepada Allah semoga setiap amalan dan pngorbanan Allah terima sebagai amal kebaikan.
Berlalu sudah detik-detik waktu, kearah mana kita melangkah kesemuanya adalah takdir dari Allah ta’ala, setiap kehendak bergantung pada setiap izin dari-Nya. Alhamdulillah sungguh bersyukur bagi mereka yang telah Allah izinkan berada dijalan kebenaran mengusung setiap amal salih dan berjuang dalam dakwah ketauhidan.
Alhamdulillah Yayasan Huda Cendekia (YHC) sampai saat ini masih setia berusaha memperjuangkan cita-cita lamanya, yakni mengusung kebahagiaan bersama di dunia hingga kelak disurga.
Ada kemajuan dan ada kemunduran, begitulah realita dakwah, tak semua jalan itu lurus dan mulus, kadang ada kelokan yang berbatu terjal, kadang ada tanjakan yang keras, dan kadang ada turunan yang licin lagi curam.
Suatu kebanggan ditahun 2017 ini dalam bidang pendidikan, kami YHC bekerjasama dengan Ma’had Huda Islami (MHI) berhasil menghantarkan 85 Mahasiswa untuk meraih gelar S1 mereka dalam program Beasiswa Generasi Cendekia, semoga ilmu yang 4 tahun di timba itu dapat bermanfaat dan menjadi ladang pahala bagi setiap orang yang rela memperjuangkan mereka agar bisa meraih ilmu agama di Ma’had Huda Islami.
“saya sangatbersyukur, alhamdulilah diberikan kesempatan untuk berkuliah dan lulus dengan menyandang gelar S.Pd.I., semoga ilmu ini bermanfaat untuk umat islam dan di jalan dakwah ini. terima kasih kepada semua elemen yang sudah memberikan beasiswa terutama kepada donatur yang sudah mendermakan sebagian hartanya. barokallohu fiikum” Ungkap Didin juandi sebagai salah satu peserta wisudawan S1 program beasiswa generasi cendekia 2017.
Berikut data mahasiswa generasi cendekia secara umum dan kebutuhan dana.
Wisudawan 2017
Mahasiswa aktif
Target penerimaan 2018
Kebutuhan dana
Dana terpenuhi
85 Wisudawan
335 Mahasiswa
200 Mahasiswa
Rp. 350.000.000
80%
Dana di atas mencakup biaya asrama, makan, perkuliahan dan kesehatan. Ust. Alip Purwadi, S.Pd.I, mengatakan Jika dipresentasikan, sebenarnya setiap bulannya MHI masih kekurangan sekitar 20% dari keseluruhan dana yang dibutuhkan yakni sekitar Rp. 70.000.000,- rupiah. Untuk menutupi kekurangan ini, terpaksa sebagian kebutuhan yang tidak terlalu mendesak harus ditunda terlebih dahulu seperti suplemen (penunjang kesehatan ) reparasi bangunan dan lainnya.
Untuk target tahun depan (Tahun 2018), beliau mengatakan jika mengacu kepada program utama maka seperti biasa akan menerima 200 mahasiswa, namun biasanya menjelang penerimaan akan ada rapat untuk menentukan persoalan ini tutur beliau.
‘Ala kuli hal program beasiswa generasi cendekia berjalan dengan baik, dengan meluluskan wisudawan-wisudawan penghafal Qur’an, dengan kulitas keilmuan agama yang memadai untuk selanjutnya dapat mengabdi di lingkungan masyarakat, semoga tahun depan program ini dapat berkembang baik dari segi kuantitas mahasiswa maupun kualitas kelimuan yang diajarkan. aamiin
Dalam bidang dakwah umum, YHC bersama NUN (Nurul Umah Nusantara) menjalankan kegiatan Tabligh Akbar (TA) dan Tebar Buku (TB) alhamdulillah telah berjalan sebagai mana mestinya, yakni 2 kali TA dalam 1 pekan atau 8 kali TA dalam 1 bulan dengan target 96 kali TA dalam 1 tahun. Target tahun ini masih terfokus di daerah bogor meliputi kota dan kabupaten bogor, total jumlah kegiatan TA periode Januari-Oktober 2017 adalah 77 TA.
Berikut data umum kegiatan tabligh akbar dan tebar buku.
Tabligh akbar Januari – Oktober 2017:
TA terlaksana
Daerah
Kebutuhan dana
Dana terpenuhi
Target
77 Kegiatan
Bogor
Rp.5.000.000/1 kali TA
60%
96 TA/Tahun
“Idealnya dana yang dibutuhkan untuk tabligh akbar adalah Rp. 5.000.000,-” ungkap Ust. Sapriyatna Salmani, S.Ud. sebagai ketua umum NUN. Namun saat ini anggaran yang bisa NUN salurkan adalah sekitar Rp. 3.000.000,- (60%) saja untuk tiap satu kegiatan TA, hal ini dikarenakan dana yang NUN peroleh sebagiannya perlu di alokasikan untuk pencetakan buku-buku islami dan panduan untuk para peserta TA.
Tebar Buku Januari – Oktober 2017:
Buku Tercetak
Buku tersebar
Target
Kebutuhan Dana
Dana terpenuhi
9000 Eksemplar
7.374 Eksemplar
24000 Eksemplar /Tahun
Rp. 120.000.000/Tahun
100%
Terkait teknik penyebaran buku ini Ust. Sapriyatna Salmani, S.Ud. mengungkapkan “bahwa penyebaran buku NUN tidak dilakukan secara sporadis (asal sebar) namun di selektif dan di sertai pengkajian materinya sehingga masyarakat selain menerima buku secara gratis juga dapat memahami isi buku dengan baik“. Dengan metode ini maka dana yang dikeluarkan oleh donatur untuk penebaran hidayah lewat buku tidak sia-sia karena buku yang NUN sebar sampai kepada orang yang tepat.
Ust. Sapriyatna Salmani, S.Ud. menuturkan “selama ini gerakan program kita disesuaikan dengan pendanaan yg ada”. Dengan kata lain tidak menutup kemungkinan jika tahun depan pendanaannya meningkat tabligh akbar dan tebar buku bisa melebarkan sayap ke kota-kota lainnya di jawa barat. Semoga cita-cita YHC dan NUN dengan motto “Menebar Hidayah Ke Penjuru Nusantara” lekas Allah izinkan untuk segera terlaksana, Aamiin.
Terakhir, program tebar pangan yatim dan Dhu’afa,YHC bekerjasama dengan YAMUSA (Yayasan Mutiara Surga) pada periode Januari-Oktober 2017 telah sukses menebar bantuan social berupa paket sembako di 6 kota di Jawa barat yakni Bogor, Jakarta, Cianjur, Sukabumi, Garut dan Cirebon.
Berikut data umum kegiatan tebar pangan Yatim dan Dhu’afa Periode Januari-Oktober 2017:
Lokasi Penyebaran:
Bogor 2. Jakarta 3. Cianjur 4. Sukabumi 5. Garut 6. Cirebon
Data jumlah dan kebutuhan penyebaran bantuan pangan :
Paket Tersebar
Kebutuhan Dana
Dana Terpenuhi
Target penyebaran
1511 Paket
Rp. 30.000.000/Bulan
37% / Bulan
200 Paket/Bulan
Dana untuk kegiatan tebar pangan untuk saat ini dapat dikatakan sangat minim yakni dana yang dapat YHC alokasikan setelah dibagi untuk pendanaan kegiatan lain adalah sekitar Rp. 55.000/paket sehingga pangan yang dapat disalurkan hanyalah sebatas kebutuh pokok seperti beras dan minyak goreng saja.
“Harapan sih mungkin satu paket itu bisa Rp.150.000,- biar gak cuma beras tapi ada gula , minyak, sarden dll.” Ungkap Doni selaku petugas lapangan program tebar pangan yatim dan dhu’afa. Atau dapat dikatakan kebutuhan ideal untuk tebar pangan ini adalah Rp. 30.000.000 untuk penyaluran 200 paket/bulan.
Semoga kedepannya YHC dan YAMUSA mendapatkan lebih kepercayaan dan kesempatan dari para donatur untuk dapat menyalurkan donasi kepada para fakir, miskin, dhu’afa dan yatim. Aamiin.
seperti itulah 10 bulan perjalanan YHC bersama lembaga mitra bergerak menggapai cita-cita kebahagiaan dunia dan surga, diusung dengan pengorbanan-pengorbanan para donatur yang setia dan rela memberikan kepercayaannya dengan program-program kami.
Tidak ada kesiaan dalam dakwah ini, memang tak dapat diraskan dengan nyata, tapi berkat izin Allah dan jasa-jasa anda, telah terbentuk generasi pemuda yang cinta al-Qur’an dan mengilmui agama, mungkin tanpa disadari jauh disana, sebab dakwah kita, ada satu orang yang terbuka hatinya dan mulai mengenal iman, mungkin dipelosok kampung jauh disana, di rumah yang kumuh, ada seorang fakir yang sekarang tengah menikmati suapan-suapan nasi dengan penuh rasa syukur dari hasil jerih payah anda.
Mungkin kita luput dengan semua itu, dan memang semoga kita lupa dengan amal baik kita. dan Allah maha tau, ada malaikat yang akan mencatat, yang perlu kita lakukan hanyalah beramal, sedekahkan lalu lupakan, biar kelak Allah yang memberi balasan.
BOGOR (07/08). Mahasiswa tingkat akhir memang identik dengan tugas akhir, salah satunya adalah menyelesaikan skripsi dan mempertanggung jawabkannya dalam sidang munaqosyah skripsi. Alhamdulilah, rangkaian kegiatan munaqosyah yang dimulai sejak 10 Juli 2017 lalu, berakhir pada 5 Agustus 2017 kemarin. Kegiatan munaqosyah skripsi diikuti oleh 37 mahasiswa dan terbagi dalam lima gelombang yang bergulir setiap pekannya. Sidang dilaksanakan di Gedung Ma’had Huda Islami Bogor lantai tiga.
Skripsi merupakan karya tulis yang disusun mahasiswa berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1, yang membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku, dalam hal ini diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Studi Pendidikan Agama Islam di STAI Al Hidayah Bogor.
Gonal Septria, mahasiswa asal padang yang mengikuti sidang gelombang terakhir, Sabtu 5 Agustus 2017 kemarin ini sangat bersyukur sidang telah selesai dan hasilnya memuaskan. Meski awalnya ia merasa gugup, namun dapat di atasi seiring berjalannya sidang ini. “Awalnya sih gugup, tapi alhamdulillah dapat diatasi, selain itu gak banyak pertanyaan yang penguji utarakan, namun pertanyaan itu guna mengetahui sejauh mana saya menguasai materi,” ujar Gonal.
Setelah melalui sidang ini masih ada tanggung jawab mahasiswa yang harus diselesaikan, salah satunya adalah perbaikan atau revisi karya ilmah agar kualitasnya terjamin. Gonal juga mengatakan revisi bukanlah alasan untuk menyerah, tetap semangat hadapi rintangan yang ada. Ia juga berharap dapat menyelesaikan kelengkapan administrasi agar bisa wisuda pada tanggal 29 Agustus 2017 mendatang. “Harapan saya bisa wisuda di tahun ini, dan keberhasilan saya ini akan saya persembahkan sebagai kado untuk perjuangan diri sendiri dan tentunya orang tua,” katanya kepada Huda Cendekia.
Sebagai lembaga yang konsen untuk memajukan pendidikan anak bangsa, Huda Cendekia hadir memberikan solusi terbaik dalam memberikan beasiswa pendidikan tinggi bagi mereka yang berprestasi.
Kepada seluruh donatur yang telah memberikan bantuan dana beasiswa kepada Mahasiswa binaan Huda Cendekia. Mahasiswa kami merasa sangat dibantu dengan adanya dana beasiswa ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan pahala, kebaikan, dan memberikan rezeki yang berlimpat ganda dari apa yang telah diberikan kepada kami. Aamin ya Rabb. [Red]
Senin (8/5/2017) Relawan Huda Cendekia menggelar bekam massal gratis bagi karyawan perusahaan di lingkungan Kantor Imigrasi, Jl. Pos Kota No. 4 Tamansari, Kota Jakarta Barat. Relawan berjumlah 7 orang yang dikomandoi oleh Bapak Djunaedi ini bergegas dari Bogor menuju lokasi dan melaksanakan kegiatannya mulai pukul 10 pagi.
Bertempat di Masjid Babul Jannah kegiatan bekam massal disambut antusias karyawan dan rela mengantri untuk mendapatkan bekam massal gratis ini. Menurut salah seorang peserta yang mengikuti kegiatan bekam massal gratis ini menyampaikan apresiasi yang positif kepada panitia relawan.
“Alhamdulillah ada bekam gratis, baru kali ini saya dibekam, ingin mencoba merasakan manfaatnya dan mendapatkan keberkahan karena bekam cara pengobatan yang pernah dilakukan oleh Nabi,”
Acara yang digelar Kantor Imigrasi Wilayah Jakarta Barat bekerjasama dengan Yayasan Huda Cendekia, selain sebagai bentuk pelayanan dan peduli terhadap kesehatan masyarakat melalui pengobatan islami, sekaligus sosialisasi dan pengenalan program-program pendidikan, sosial dan dakwah yang selama ini dijalankan oleh Huda Cendekia.
Dalam paparannya relawan menyampaikan tentang program-program unggulan Huda Cendekia sambil memperlihatkan standing banner program yang terpasang di lokasi, karyawan yang hadir pun larut menyimak paparan panitia relawan sambil menunggu antrian untuk mendapatkan layanan bekam.
“Insya Allah saya siap berdonasi untuk program dakwah Huda Cendekia,” ucap salah satu peserta bekam.
Alhamdulilah kegiatan selesai pukul 5 sore, mereka merasa senang karena yang pertama gratis, dan yang kedua langsung bisa merasakan manfaatnya, khususnya mengikuti sunnah Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam.
Panitia relawan berharap pada kesempatan berikutnya kegiatan bisa bergulir ke berbagai tempat yang lain dan peserta semakin meningkat.
Alhamdulillah 7 Mei 2017 bertempat di Masjid Al-Muhajirin – Perumnas Bantarjati Jl. Pamikul Raya Bogor, Huda Cendekia melalui Mitra Nurul Ummah Nusantara telah melaksanakan agenda rutin pekanan diantaranya Kajian Bedah Buku Islami dan Tabligh Akbar. Kegiatan pada kesempatan kali ini diisi Oleh Ustadz Syaikh Ahmad Afif dengan bertemakan “Keagungan Sholat”. Acara diselingi dengan pemutaran film dokumenter tentang Tanda-tanda Kiamat dan pembagian buku gratis bertemakan Keagungan Shalat.
Tampak dalam acara ini masyarakat sekitar antusias mengikuti kegiatan dari awal yang diselenggarakan dari pukul 09.00 Pagi hingga menjelang Zuhur. Selain para orang tua dan pemuda, anak-anak pun antusias mengikuti dan menyimak pemaparan materi secara langsung karena shalat merupakan ibadah agung dan siapapun mereka wajib memahami hakikat dari pelaksanaan ibadah shalat ini.
Huda Cendekia & Nurul Ummah Nusantara megucapkan Jazakumullohu khoiron katsiron kepada para muhsinin (donatur) yang telah menyisihkan sebagian hartanya untuk salah satu program Huda Cendekia yaitu Dakwah dan Tebar Buku Islami . Ba’dallohi ta’ala, atas wasilah do’a dan dukungannya acara bergulir setiap waktu.
Dalam rangka berbagi kebahagiaan menjelang bulan Ramadhan, Komunitas SABISA Farm IPB menggelar acara CSR “Berbagi Bersama Yatim” Kegiatan ini terlaksana berkat kerjasama antara Sarana Belajar Petani Pengusaha Sarjana dengan Ponpes Darul Marhamah Lil Aytam Bogor.
25 Perwakilan Mahasiswa IPB dan Alumni yang tergabung dalam komunitas tersebut, Jum’at (28/4/17) pagi menyantuni sebanyak 30 anak yatim. Penyerahan santunan secara simbolis ini bersamaan dengan rangkaian kegiatan Bakti Sosial berupa silaturrahim dengan pengurus pesantren sekaligus ramah tamah.
Terimakasih SABISA Farm IPB atas kunjungannya. Mudah-mudahan dengan semangat berbagi ini, semoga kita semua selalu dilindungi dan diberkahi Allah Ta’ala dan Insya Allah apapun harta yang sudah di keluarkan kali ini diganti berlipat-lipat dikemudian hari dalam bentuk apapun yang kita tidak sadari.
Bisa dikatakan sedekah itu menyimpan misteri tersendiri bagi umat manusia. Sedekah bisa mendatangkan berkah, bahkan terkadang berkah itu nyata. Banyak yang sudah membuktikan hal ini dan rangkaian kisah sukses bermula dari sedekah menjadi inspirasi tersendiri sekaligus memberi motivasi untuk berbagi terhadap sesama, karena pada hakikatnya sedekah merupakan salah satu diantara banyaknya pintu kebahagiaan yang siapapun menginginkan untuk masuk melalui pintu tersebut.
Lalu bagaimana jika bisnis kita dihiasi juga dengan sedekah ? Pasti akan indah, sebab keberkahan pasti akan selalu tercurahkan pada bisnis kita, begitupun yang dirasakan Ibu Sri Derin, Owner Bogor Laundry yang rutin bersedekah melalui Huda Cendekia.
“Dan hendaklah diantara kalian ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang orang yang beruntung” (Q.S Ali-Imran [3]: 104)
Mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita mengenai Firman Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran : 104 ini. Dijelaskan di dalamnya tentang perintah Allah yang memuat amar makruf nahi mungkar yang tak lain adalah aktivitas dakwah, ayat yang memuat isi serupa juga dapat kita temui pada Q.S Ali-Imran : 110, QS. At Taubah: 71, Al Hajj: 41, Al-A’raf: 165, Al Maidah: 78-79 dan masih banyak lagi perintah Allah SWT yang memerintahkan kepada kita selaku umat Islam untuk menyeru kebajikan dan mencegah kemungkaran, banyaknya ayat tentang hal tersebut mengindikasikan bahwasannya begitu penting sekali aktivitas dakwah bagi seorang muslim, khususnya remaja yang merupakan generasi penerus di tengah-tengah umat.
Islam Agama Dakwah
Sebagai seorang muslim, sudah menjadi konsekuensi ketika kita terikat oleh hukum-hukum Allah SWT tanpa terkecuali, karena bukti keimanan kita yaitu menjadi pribadi yang senantiasa taat dan taqwa kepada-Nya. Kita semua tahu bahwa dakwah merupakan salah satu aktivitas yang disyariatkan oleh Allah kepada kita sebagai kaum muslim, Kalimat tauhid Laa Ilaha Ila Allah yang artinya tiada tuhan selain Allah, merupakan inti ajaran Islam yang sekaligus menjadi pendorong utama kita untuk senantiasa berdakwah. Ketika mendapat seruan bahwa tiada tuhan selain Allah, maka sudah sepantasnya kita tergerak dan melakukan aktivitas dakwah, karena sesuatu yang diperintahkan asal hukumnya adalah wajib, selain itu pada awalnya pun dakwah merupakan misi utama kenabian Muhammad SAW.Karena misi mulia itulah hingga saat ini perkembangan dakwah Islam senantiasa tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Remaja dan Dakwah
Remaja/pemuda merupakan aset umat Islam yang mempunyai kontribusi besar terhadap perkembangan dakwah. Karena kebangkitan peradaban Islam sesungguhnya tidak dapat di lepaskan dari peranan remaja di dalamnya, jika melihat kondisi remaja saat ini sesungguhnya mereka ada dalam cengkraman kemaksiatan dan di jajah oleh pemikiran-pemikiran sekuler yang membuat para remaja kehilangan jati dirinya sekaligus juga kehilangan statusnya sebagai umat terbaik/Khairu ummah, sebagian besar pandangan mereka di alihkan kepada kesenangan hidup yang secara langsung membuat mereka menjadi pribadi yang Individualistis dan permisif (gaya hidup serba boleh). Sikap individualistis dan permisif inilah yang menjadikan mereka abai dan melupakan kewajiban saling mengingatkan kepada sesama manusia dalam hal kebaikan (Lihat Q.S Al-Ashr 1-3).
Atas dasar kondisi itulah yang menjadikan dakwah sebagai pilar utama untuk merubah keadaan masyarakat yang ada dalam kejahiliyahan menjadi masyarakat yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam yang luhur, karena aktivitas dakwah merupakan suatu wujud kepedulian bahkan kasih sayang kita terhadap seluruh umat manusia.
Jika diamati lebih lanjut, masa remaja merupakan masa keemasan setelah masa kanak-kanak, dalam tahapan ini mulailah adanya masa transisi dimana munculnya tanda-tanda pubertas, kematangan fisik, psikologis dan pencarian jati diri.Dalam masa ini pun remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Jika remaja tidak mempunyai pegangan dan iman yang kokoh untuk membentengi dirinya, otomatis pengaruh negatifakan mudah bercokol yang pada akhirnya timbulah kemaksiatan. Dan dengan kemaksiatan itulah yang menjadi cikal bakal runtuhnya pondasi keimanan dan kehancuran generasi penerus umat.
Berabad jarak sesunguhnya telah memisahkan kita dengan tauladan kita Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.Jauhnya jarak ini pun diiringi dengan banyaknya pergeseran moral dan nilai-nilai agama yang sejak zaman Rasulullah dijunjung tinggi dan hal itu begitu kontradiksi sekali ketika melihat kondisi saat ini, dimana perilaku kemaksiatan sudah berkembang sedemikian pesatnya.Remaja mulai enggan berdakwah kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran, bahkan sesuatu yang makruf dilihat sebagai suatu hal yang mungkar, begitupun sebaliknya.Otomatis kebatilan semakin merajalela. Sementara itu, orang yang berbuat kebaikan menjadi suatu hal yang langka dan beban dakwah untuk mengajak kembali ke jalan Islam yang benar pun akan terasa semakin berat. Oleh karena itu dibutuhkan remaja yang tulus dan ikhlash untuk mengemban amanah ini.
Sebagai salah satu ciri seorang remaja muslim yaitu kepeduliannya terhadap aktivitas dakwah, karena dengan dakwahlah tersampaikan Islam sebagai pedoman hidup dan rahmat untuk seluruh alam. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa rentang waktu antara kita dengan Rasulullah SAW begitu jauh sekali, jika dahulu saja syiar dakwah hanya sebatas dari lisan ke lisan dan itupun berhasil dengan bukti tersebarnya Islam ke seluruh dunia, kenapa kita tidak?Padahal banyak sekali media/fasilitas yang lebih maju saat ini yang dapat digunakan sebagai penunjang kita untuk lebih giat lagi untuk berdakwah, intinya tidak alasan untuk tidak melakukan aktivitas dakwah.
Urgensi/pentingnya tuntutan dakwah yang disyariatkan bagaikan suatu rombongan yang menaiki kapal di tengah lautan.Ada yang duduk di bagian atas, ada juga yang duduk di bagian bawah. Dan bila ada orang di bagian bawah akan mengambil air, ia harus melewati orang di atasnya. Sehingga orang yang di bagian bawah tadi berfikir, ”Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri untuk mendapatkan air, tentu aku tidak akan mengganggu orang yangdi atas”. Bila orang-orang di atas itu mencegah perbuatan mereka, maka ia akan selamat beserta semua isi kapal , sementara bila orang-orang di atas itu membiarkan, maka ia akan celaka begitupun seluruh isi kapal.
Dapat diambil hikmah bahwa manusia tidak bisa hidup terlepas dari manusia lainnya, semua ada rasa saling ketergantungan dan saling melengkapi, begitupun dengan aktivitas dakwah. Antara pelaku dakwah dan objek dakwah pun saling hidup berdampingan dalam kondisi tertentu, jika keduanya acuh dan tidak ada rasa kepedulian maka disanalah azab Allah menimpa, jika sebagai remaja kita hanya diam saja melihat kondisi kerusakan umat saat ini sama saja dengan kita berperilaku acuh/apatis dan secara tak sadar atas perilaku itulah azab Allah seakan datang mendekati kita secara perlahan, Naudzubillah.
Remaja : Siapa kita jika tidak dengan Islam?
Betapa Islam melindungi remaja yang giat berdakwah menolong agama Allah SWT dengan bermodal yakin bahwa Allah akan melakukan hal yang serupa, seperti dijelaskan pada Q.S Muhammad : 7 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” . dengan begitu, keimanan dalam hati tidak akan pernah rapuh karena tertanam kokoh janji-janji Allah yang hendak diberikan-Nya berupa buah manisnya keyakinan yang tak hanya sekedar di hati dan lisan, namun dilengkapi dengan amalan yang bermanfaat yaitu diberikan-Nya surga seluas langit dan bumi yang merupakan sebaik-baiknya tempat kembali.
Jika menengok kembali pada masa lalu sebelum Islam datang, masa jahiliyah merasuk pada kehidupan bermasyarakat, tapi sampai Islam datang mengubah kondisi kehidupan saat itu dari posisi rendah menjadi tinggi, Islam pun memberikan kehormatan sekaligus menjaga kehormatan itu . oleh karenanya wajib bersyukur atas anugerah dan pemberian itu dengan cara menunaikan perintahnya, khususnya perintah dakwah yang merupakan aktivitas yang melibatkan sesama manusia.
Bukan suatu hal yang salah ketika remaja giat untuk berdakwah demi merubah lingkungannya, karena selain hal itu merupakan kewajiban yang dibebankan syariat juga terdapat pahala lebih seperti hadits yang artinya “Siapa saja yang menyampaikan manusia pada petunjuk (Islam) dia pasti akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang diperoleh orang yang mengikuti petunjuk itu tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Turmudzi, An-Nasi’i, Ibnu Majah). Dan tanda kesempurnaan Islam yang tertanam dalam diri seseorang itu tidak hanya melakukan ibadah ritual serta memelihara tangan dari perbuatan maksiat saja, tapi bersamaan dengan itu remaja harus menyertainya dengan bergerak maju untuk berdakwah, mempertahankan kebenaran dan meninggikan kalimat Allah SWT. Meskipun tak dapat terelakan lagi adanya tantangan-tantangan dakwah yang bisa saja menyurutkan remaja. Tapi yakinlah bahwa pahit di awal itu lebih baik, karena manisnya itu akan terasa ketika bersungguh-sungguh menggapai pahala dan meraih Ridho-Nya. So, Remaja harus menjadi bagian dari solusi, bukan menjadi bagian dari masalah. Let’s Start To Be Dakwah Together J
Pada 6 April 2017 lalu, tepatnya Hari Kamis pagi seminar pembekalan skripsi kembali diselenggarakan di Gedung Perkuliahan Lt. 3 Ma’had Huda Islami. Skripsi merupakan karya ilmiah yang wajib disusun oleh mahasiswa program sarjana. Karena sebuah kewajiban, dalam pengerjaanya pun harus mengikuti kaidah-kaidah metodologi maupun teknis-teknis penulisan yang baik dan benar.
Untuk itu, STAI Al Hidayah bekerjasama dengan Ma’had Huda Islami memberikan pengarahan kembali dan pembekalan bagi mahasiswa yang saat ini menempuh skripsi dalam sebuah seminar. Harapannya, agar mahasiswa yang saat ini menulis skripsi dapat menghasilkan skripsi yang berkualitas dan mahasiswa dapat lulus tepat waktu.
Membuka sekaligus mengisi acara seminar pembekalan skripsi, Ketua STAI Al Hidayah Bogor, Dr. Rahendra Maya, S.Th.I.,M.Pd.I. Dalam penjelasannya, beliau mengatakan bahwa penelitan dalam dunia Pendidikan Islam bukanlah hal yang baru. Beliau mencotohkan banyak tokoh-tokoh pemikiran Islam dan Ulama yang sangat menginspirasi dalam penulisan karya ilmiah untuk digali pemikirannya, bahkan banyak orang yang sudah meneliti dan karya nya memberikan manfaat bagi dunia akademisi umumnya bagi masyarakat. Harapannya, mahasiswa juga mampu menghasilkan sesuatu yang baru apalagi saat ini dengan kemudahan teknologi dan akses pembelajaran secara terbuka tentu akan memudahkan mahasiswa dalam menyusun skripsi.
Selanjutnya, acara pembekalan skripsi menjelaskan secara teknis lebih ke arah metodologi dan tata cara penulisan sesuai buku pedoman STAI Al Hidayah Bogor terkhusus Penelitian Studi Pustaka yang saat ini sedang digarap oleh masing-masing mahasiswa. STAI Al-Hidayah sebagai mitra Huda Cendekia dalam full scholarship service memberikan akses seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk konsultasi agar skripsi yang dihasilkan bisa lebih cepat dan berkualitas. Dalam hal ini, Ketua STAI Al Hidayah Bogor pun sudah menandatangani Surat Keputusan bagi para dosen pembimbing yang menandakan di mulai nya aktivitas bimbingan bersama para mahasiswa. [Red]
Aku termasuk yang percaya bahwa setiap usaha yang gigih tidak akan pernah berujung sia-sia. Jika pun pada akhirnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan, pasti ada ibrah yang bisa dipetik dari situ. Barangkali usaha kita masih kalah dengan usaha orang lain, barang kali kurang doa, atau jangan-jangan… niatnya yang salah?
Sedari awal, ketika dijawab oleh salah seorang dosenku bahwa kedatangan Dr. Zakir Naik ke UMY adalah berita yang valid, rasanya senang sekali. Yah, bayangkan saja, aku sendiri bahkan nggak tahu apa pun sampai temanku yang kuliah di UNY menanyakan soal itu. Sebelum memutuskan bertanya pada dosen aku telah terlebih dahulu mencari tau. Kepoin twitter UMY dan jreng jeng jeng… udah banyak juga yang nanya tentang itu. Cek web UMY belum ada berita resmi. Jadi yah, karena penasaran, akhirnya nanya ke dosen langsung—yang sebenarnya melalui proses maju mundur juga; tanya-nggak-tanya-nggak-tanya-nggak, hehhe.
Berita resminya rilis keesokan harinya. Dan begitu pendaftaran online dibuka, banyak yang mengeluh tidak bisa mengakses web-nya. Pada saat itu aku mengalami hal yang sama. Wajar sih, yang ngakses pasti banyak. Giliran bisa dibuka, eh kuota penuh. Dan begitu seterusnya sampai 5 hari berturut-turut. Di hari keenam, ketujuh, kedelapan, aku merasa sedikit hopeless, dan memang pada waktu itu sedang sakit juga jadi untuk kembali duduk di depan laptop berebut nomor kursi rasanya sangat enggan. Tapi di hari kesembilan—yang setelah mendaftar aku baru tahu bahwa itu adalah hari pendaftaran terakhir, aku tiba-tiba tergerak untuk mendaftar. Dan bisa! Bahkan aku juga sempat mendaftar untuk temanku. Alhamdulillaah. Masalah lolos apa nggak mah urusan belakangan yang penting kedaftar dulu, hehe.
Hari Sabtu sore email konfirmasi masuk dan dinyatakan lolos. Nggak rugi juga jawab panjang-panjang buat kolom “motivasi Anda dalam mengikuti acara ini”. Just fyi, aku jawab panjang banget untuk pertanyaan yang satu itu. Kalo diketik bisa jadi satu postingan di Tumblr (btw aku baru bikin Tumblr :p). Bukan apa-apa sih, aku cuma mau jawab jujur dan nggak tau gimana caranya supaya bisa jadi 2 atau 3 kalimat saja, hehe. Mungkin karena Allah tahu betul motivasiku apa, akhirnya aku diizinkan untuk bisa ikutan acara itu. Alhamdulillaah. :’))
Sempat ada lelucon begini sama temanku sewaktu melihat antrian yang antara ikhwan dan akhwatnya dipisah jauh: “Untungnya belum ada suami ya. Ini sih kalo misal sama suami bakalan pisah nih sekalipun mahram.”
Ngngngng~ hahaha. Kita berdua lantas ketawa. Lucunya setelah kami duduk di tribun (iya, kebagian tempatnya di tribun :””), teman samping kiriku menegurku begini:
Dia: “Mbak anak SMA ya?” Aku: “Haa? Bukan.” Dia: “Trus ini rok Mbak rok abu-abu SMA.” Aku: *ketawa* “Ini bukan rok. Ini gamis akunya emang kayak abu SMA warnanya.” Dia; “Ya ampun, aku pikir Mbak tuh bolos sekolah tau. Kok ada anak SMA di sini.” Aku: “Haha. Nggak kok, aku mahasiswa di sini.” Dia: “Semester berapa, Mbak?” Aku: “Ngg, semester akhir.” *senyum miris* Dia: “Ya ampun, Mbak, kirain Mbak tuh angkatan 2016. Wajah Mbak kayak seumuran aku soalnya.” Aku: “……..”
Gara-gara itu, kami jadi nggak canggung meskipun baru kenal. Dia bercerita bagaimana akhirnya dia bisa lolos mengikuti acara tersebut dan banyak lagi obrolan kami sampai kemudian MC mengumumkan bahwa peserta public lecture dilarang untuk mengambil foto. Namun ada beberapa yang masih tidak mau mengikuti peraturan tersebut. Ketika itu sayup-sayup aku mendengar seseorang di belakangku berkata pada teman di sampingnya, yang isinya kira-kira begini:
“Alhamdulillaah Allah masih kasih kita kesempatan buat ikut acara ini. Mungkin Allah pengen supaya kita jadi lebih baik lagi, buat nambahin semangat hijrah.”
Lalu, ketika mendengar untuk kesekian kali diperingatkan bahwa ada sendiri waktunya diperbolehkan mengambil foto, aku mendengarnya berkata lagi, “Kadang-kadang buat acara-acara keren kayak gini, orang itu datang cuma pengen dapet ‘gengsi’nya. Bakal keliatan siapa yang beneran mau nuntut ilmu dan siapa yang nggak.”
Jleb. Banget. Rasanya seperti ditampar langsung ke pipi. Duh, bener banget kata Mbak itu. 🙁 Sejenak aku merenungi kembali: buat apa sih kamu ikut acara ini? Oke, mungkin kita benar-benar ingin menuntut ilmu, ingin mendengar langsung pemaparan genius tentang “Religion as An Agent of Mercy and Peace” dari Dr. Zakir Naik yang biasanya cuma kita tonton videonya di Youtube. Dan aku pribadi secara panjang sudah menjelaskannya sewaktu mengisi formulir pendaftaran dan pada saat menuliskan itu aku ingat bahwa banyak hal yang sebenarnya adalah tanggung jawabku namun aku tidak bisa menyelesaikannya karena ilmuku yang sangat minim.
Setelah itu, yakin nggak, nggak ada niat lain? Sejujurnya aku sendiri nggak yakin. Jadi itu alasan kenapa rasanya seperti dipukul telak. Barangkali niatku masih belum lurus betul. :’) Seperti kata Mbak tadi, jangan-jangan kita ikut acara-acara seperti itu cuma ingin dapat gengsinya saja? Prestise-nya saja, boro-boro mau nyimak malah udah keduluan sibuk sama medsos buat update. Dalihnya sih supaya nambah ilmu, supaya dapat motivasi, supaya makin istiqamah, tapi coba cek jauh ke dalam hati kita, selain itu ada lagi nggak?
Barangkali kita datang cuma ingin supaya bisa update di medsos bahwa kita ada di situ, cuma ingin datang karena dia terkenal lalu kajian-kajian kecil nan penting di lain kesempatan sama sekali tidak masuk hitungan, datang karena cuma iseng ingin tahu dan setelah itu bye… Naudzubillaah. Padahal ada orang-orang yang datang untuk mencari kebenaran, seperti saudara-saudara kita nonmuslim atau mereka yang mengaku tidak percaya adanya Tuhan. Sedangkan kita yang sudah tahu kebenaran, urusan niat saja masih sering salah.
Datang ke majelis ilmu merupakan suatu kebaikan, yang artinya telah terbuka satu jalan dari Allah untuk menuntun kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tapi kita lebih sering salah niat daripada benernya; supaya dibilang shalehah lah, istri/suami idaman lah, dan sebagainya. Jadi makanya mungkin ilmunya sulit buat kita terima dan terapkan. Ya kan? Kalo aku sih ngerasanya gitu. 🙁 Padahal Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 & Muslim no. 1037).
Paham tentang agama di sini maksudnya adalah seseorang itu mengerti tentang tauhid dan pokok ajaran Islam serta semua hal yang berkaitan dengan hukum-hukum Allah (selengkapnya baca di sini). Dan sekali lagi, soal kelurusan niat ini juga menjadi koreksi untukku pribadi. Jangan sampai udah sibuk berjuang buat ikut acara tersebut tapi pulangnya malah nggak ada sama sekali yang nyantol, kan rugi. Jadi setelah mendengar perkataan Mbak tadi itu, aku jadi benar-benar berusaha menyimak sepenuhnya. Nggak peduli aku nggak bisa mengerti semuanya, yang penting aku paham apa yang dimaksud Dr. Zakir Naik.
Dan yah, rasanya takjub sekali. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta adalah beberapa hal yang juga menjadi pertanyaanku. Pertanyaan itu muncul ketika aku terlibat dalam sebuah obrolan dengan seseorang. Meski aku sendiri yakin betul bahwa pemahamanku tidak salah, tapi adalah sulit untuk bisa menjelaskannya. Jadi ketika itu aku hanya bisa diam. Lagipula sulit sekali memberi tahu orang-orang yang sehari-harinya hanya melihat dan mendengar segalanya dari media mainstream kan?
Lalu ketika Dr. Zakir Naik bicara soal betapa Islam adalah agama yang damai dan memaparkan secara lantang siapa yang sesungguhnya teroris, aku terpana. Sangat berani. Seseorang yang cuma takut sama Allah, maa syaa Allah. Allah seolah kasih jalan, “Evi, ini lho. Sekarang kamu sudah tahu kan?” Lebih-lebih ketika kemudian ada yang mengucapkan dua kalimat syahadat. Perjanjian yang sungguh sakral. Maa syaa Allah, hati ini rasanya gerimis. Senang dan damaaai banget. Betapa hidayah Allah itu sebenarnya dekat; tergantung kita mau berusaha mencari kebenarannya atau tidak, mau menerimanya atau tidak. Jangan sampai ketika kita telah dikehendaki kebaikan oleh Allah dengan dipahamkan dalam urusan agama, lantas kita enggan menjalankannya. *selfreminder*
Alhamdulillaah. Terima kasih Dr. Zakir Naik atas ilmunya, juga UMY yang telah memfasilitasi segalanya sehingga para pencari kebenaran bisa menemukan jalannya. Dan siapa pun Mbak itu, aku merasa berterima kasih telah diingatkan. In syaa Allah, lain kali akan berusaha lebih hati-hati soal niat dalam hati ini. :))
Kini, amanah itu harus segera ditunaikan.
Disadur dari tulisan karya Evi Sovia Inayati (Mahasiswi Universitas Muhamadiyyah Yogyakarta) di http://evnaya-sofia.blogspot.co.id/2017/04/dari-public-lecture-dr-zakir-naik_4.html dengan gubahan seperlunya