Sabar, Pengertian dan Macamnya
Pengertian
Secara bahasa (etimologi), sabar berarti melarang dan menahan. Sedangkan secara istilah syariat (terminologi) berarti menahan nafsu dari kekesalan, menahan lisan dari keluhan, dan menahan anggota badan dari ekspresi kesedihan yang berlebihan dan keterlaluan.
Ada pula yang berkata: “Sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agama, bersikap tenang ketika menghadapi ujian berat, dan menampakkan kecukupan di kala kefakiran datang ke tengah medan kehidupan.”
Sabar dalam Al-Qur’an
Orang yang bersabar mendapatkan kabar gembira dari Alloh Ta’ala. Alloh Ta’ala berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 155)
Kesabaran terhadap ujian yang dipadu dengan kesungguhan jihad fi sabilillah adalah penyebab memperoleh ampunan dari Alloh yang Maha Ghafur. Alloh Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Robb-mu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan bersabar; sesungguhnya Robbmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nahl [16]: 110)
Sabar terhadap ujian merupakan bukti kejujuran seorang hamba. Alloh Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan agar Kami menyatakan (baik-buruknya) hal ihwal kalian.” (QS. Muhammad [47]: 31)
Perpaduan antara kesabaran dan keyakinan merupakan tiket untuk mendapatkan kepemimpinan dalam agama (imamah fiddin).
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. as-Sajdah [32]: 24)
Sabar yang dibingkai dengan ketegaran dalam menjalani kesulitan adalah karakter para Nabi.
Alloh berfirman: “Maka bersabarlah kalian seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul yang telah bersabar….” (QS. al-Ahqaf [46]:35)
Kesabaran jika dipadu dengan ketakwaan, maka akan menjadi sebab datangnya pertolongan Alloh Ta’ala bagi pelaku dan pemilik kesabaran tersebut. Alloh Ta’ala berfirman: “Ya cukup, jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Alloh menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 125)
Pahala orang yang bersabar tak terhingga. Alloh Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. az-Zumar [39]: 10)
Orang yang bersabar akan mendapatkan kecintaan dari Alloh Ta’ala. Alloh Ta’ala berfirman: “Dan Alloh mencintai orang-orang yang bersabar.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 146)
Orang yang bersabar mendapatkan pujian dari Alloh Ta’ala, sebagaimana firman-Nya: “Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]: 177)
Sabar terhadap ketaatan kepada Alloh
Jalan menuju ridha Alloh selalu dipenuhi dengan rintangan, sedangkan tabiat jiwa itu selalu lari dari ikatan ketaatan, sedangkan ‘ubudiyyah (peribadatan) kepada Alloh adalah pengikat bagi pengendali nafsu syahwatnya. Oleh sebab itu, jiwa manusia tidak akan bisa lurus di atas perintah Alloh dengan mudah dan gampang, karena itu ia butuh latihan dan pengekangan kendali, dan hal ini sangat membutuhkan kesabaran. Dalam hal ini Alloh berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian. Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 153)
Lalu Alloh juga berfirman, “Robb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Maryam [19]: 65)
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha [20]: 132)
Sabar dari maksiat dan hal-hal yang diharamkan
Apabila dunia telah menampakkan semua perhiasannya, kemudian dengan menari-nari ia menemui seseorang bak gadis cantik jelita yang menawan, apalagi ditambah dengan ditebarkannya seluruh keindahan dan syahwatnya di sebelah kanan dan kirinya. Maka ketahuilah bahwa ini adalah bencana model baru yang berbahaya, yaitu fitnah berupa kebahagiaan dan kelapangan hidup, karena Alloh menguji hamba-hamba-Nya dengan keburukan (kesempitan) dan kebaikan (kelapangan) sekaligus. Sebagaimana difirmankan oleh Allah: “Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 35)
Demikianlah, bahwa Alloh Dzat Yang Maha Agung dan Mulia telah menjadikan kenikmatan dan kemuliaan hidup sebagai cobaan, sebagaimana halnya kesempitan dalam rezeki (juga sebagai cobaan). Untuk itu seorang hamba perlu bersabar (menahan diri) dari kelezatan dunia dan keinginan (syahwat) hawa nafsu. Janganlah ia melepas kendali jiwanya kepada hawa nafsu untuk bebas berkelana di belakang syahwat dan keinginannya kepada wanita, anak keturunan, harta simpanan berupa emas, perak, kuda yang ditambat, binatang ternak dan ladang tanam-tanaman atau hal lainnya.
Demikian juga sabar seorang hamba yang perlu dimiliki adalah bersabar (menahan diri) dari melihat nikmat dunia yang menjadi milik orang lain, dan hasad (iri) terhadap kenikmatan yang mereka miliki berupa harta benda dan anak keturunan.
Sabar terhadap musibah
Tak seorang pun yang selamat dari penderitaan jiwa dan rasa sakit, kehilangan orang-orang yang dicintai dan kerugian harta duniawi. Yang demikian ini tidak akan lepas dari orang-orang yang baik maupun yang buruk, orang Mukmin maupun orang kafir. Tetapi orang-orang Mukmin menerima musibah ini dengan ridha dan ketenangan yang memenuhi relung hatinya. Mereka telah menyerahkan kendali hatinya kepada Dzat yang membolak-balikkan hati dan pandangan mata; karena ia mengetahui dengan keyakinan yang penuh bahwa semua yang terjadi adalah takdir Ilahi yang berjalan sesuai dengan qudrah dan irodahnya yang Maha Sempurna. Dan ia pun yakin bahwa ujian yang datang dari Alloh tidak bersumber dari kezhaliman-Nya, akan tetapi bersumber dari hikmah dan kasih sayang-Nya.
Alloh ﷻ berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 155)
Cobaan yang dimaksud dalam ayat ini adalah cobaan umum, bisa menimpa hati berupa ketakutan, menimpa badan berupa kelaparan, menimpa harta berupa kekurangan, menimpa jiwa berupa kematian, dan menimpa buah-buahan berupa kerusakan atau buruknya hasil panen. Ayat ini menunjukkan kelembutan dan kasih sayang Alloh ﷻ kepada hamba-hamba-Nya karena Dia berfirman: “Dengan sedikit ketakutan…”, yang demikian ini karena Dia, Allah ﷻ, tetap memperhatikan manusia yang sangat lemah, yang tentunya hanya mampu memikul cobaan yang sedikit pula. Yang demikian itu untuk meringankan mereka. Wallohu’alam
Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!